Friday, September 3, 2010

Menghadapi Pengakhiran

Sedar tak sedar, kita sudah pun berada di penghujung Ramadan. Cepatnya masa berlalu. Rasanya macam baru semalam kita memulakan hari pertama ibadah puasa. Tengok-tengok, dah nak habis pun.

Sungguh, tak terasa sangat Ramadan ini.

Boleh jadi, kita 'disibukkan' dengan pelbagai aktiviti sehari-hari sampaikan waktu dirasakan begitu pantas berlalu.

Bagaimana dengan amal ibadah kita ?

Ada peningkatan ?

Tercapaikah objektif berpuasa untuk membentuk diri menjadi seorang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 183 itu.

Sebetulnya, kita perlu lebih bersemangat pada hari-hari terakhir Ramadan yang bakal meninggalkan kita. Sekurang-kurangnya, kita lakukan pecutan terakhir untuk merebut peluang yang masih tersisa ini.

Umpama dalam satu perlawanan lumba lari, ada peringkat saringan. Pesertanya masih tiada pengalaman. Namun, dalam pusingan akhir, semuanya nampak begitu hebat. Masing-masing kelihatan lebih bertenaga lantaran pengalaman sewaktu saringan yang memungkinkan mereka punya strategi masing-masing.

Begitu juga dengan keadaan kita sekarang. Seharusnya kita menggandakan usaha kita demi meraih 'kemenangan' pada saat-saat terakhir ini. Kita sudah punya pengalaman berpuasa dan beribadah pada awal Ramadan. Jadi, kita boleh rancang, macam mana kita nak manfaatkan sebaiknya pengakhiran Ramadan ini.

Tambahan pula, Allah telah menghadiahkan kita malam Lailatul Qadar, yang mana ianya lebih baik dari seribu bulan. Tinggal kita yang harus berusaha untuk mendapatkannya. Sungguh prihatin sang Khaliq terhadap kita.

Selagi kesempatan masih terbuka luas, marilah kita rebut ia. Masa yang ada, kita gunakan ke arah perkara yang diredhai-Nya. Mudah-mudahan, ramai insan yang bertakwa dapat dilahirkan seusai tamatnya bulan yang penuh barakah ini, untuk menghadapi 11 bulan yang penuh cabaran.

Thursday, August 26, 2010

At The Tip of The Tongue

A good memory is very beneficial in our learning process. It helps you a lot and keeps you in the right path of what courses you are dealing with.

During pathology practical yesterday, our skill of memorising was being tested by the lecturer. That was not the first time we were questioned by them, as those revised question had been asked previously.
"What is normal serum urea level ?"

"................................................" (Silent)


"Serum creatinine level ?"

"..............................................." (once again)


"Normal CSF protein level ?"

"............................................"
"How are you going to diagnose, if you don't know the normal level at least ??" said the lecturer.

Everybody blurred, neither dares to answer nor to try an error. Those question comes from the portion of first year subject. Being second year student, the last year knowledge seems to be ignored by most students.

Sometimes, the skill or ability of mugging up or menghafal is needed, though you have to apply it in certain situation only. For remembering the numbers or quantity of something, it is advisable to train our memory perfectly with numbers, so that everything is at the tip of your tongue.

Yes, at the tip of the tongue, not inside the larynx.

When someone asks you something, you are ready enough to give the answer. As if the reply is already there before he or she asks you.

Practise makes perfect. So, we have to start revising, and practise to think faster.

Nowadays, everything is at the tip of your finger. Just by clicking, you can travel all around the world, and see what's happening globally in a fraction of a second. The entire world is on your hands.

If at the tip of the finger is already a success, then why not at the tip of the tongue ?


Tuesday, August 24, 2010

Kubur Berkata-Kata

Dikisahkan bahawa sewaktu Fatimah r.a. meninggal dunia maka jenazahnya telah diusung oleh 4 orang, antara :-

1. Ali bin Abi Talib (suami Fatimah r.a)
2. Hasan (anak Fatima r.a)
3. Husin (anak Faimah r.a)
4. Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a

Sewaktu jenazah Fatimah r.a diletakkan di tepi kubur maka Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a berkata kepada kubur, "Wahai kubur, tahukah kamu jenazah siapakah yang kami bawakan kepada kamu ? Jenazah yang kami bawa ini adalah Siti Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah s.a.w."
Maka berkata kubur, "Aku bukannya tempat bagi mereka yang berdarjat atau orang yang bernasab, adapun aku adalah tempat amal soleh, orang yang banyak amalnya maka dia akan selamat dariku, tetapi kalau orang itu tidak beramal soleh maka dia tidak akan terlepas dari aku (akan aku layan dia dengan seburuk-buruknya)."

Abu Laits as-Samarqandi berkata kalau seseorang itu hendak selamat dari siksa kubur hendaklah melazimkan empat perkara semuanya :-

1. Hendaklah ia menjaga solatnya
2. Hendaklah dia bersedekah
3. Hendaklah dia membaca al-Quran
4. Hendaklah dia memperbanyakkan membaca tasbih kerana dengan memperbanyakkan membaca tasbih, ia akan dapat menyinari kubur dan melapangkannya.

Adapun empat perkara yang harus dijauhi ialah :-

1. Jangan berdusta
2. Jangan mengkhianat
3. Jangan mengadu-domba (jangan suka mencucuk sana cucuk sini)
4. Jangan kencing sambil berdiri

Rasulullah s.a.w. telah bersabda yang bermaksud, "Bersucilah kamu semua dari kencing, kerana sesungguhnya kebanyakan siksa kubur itu berpunca dari kencing."
Seseorang itu tidak dijamin akan terlepas dari segala macam siksaan dalam kubur, walaupun ia seorang alim ulama' atau seorang anak yang bapanya sangat dekat dengan Allah s.w.t.. Sebaliknya kubur itu tidak memandang adakah orang itu orang miskin, orang kaya, orang berkedudukan tinggi atau sebagainya, kubur akan melayan seseorang itu mengikut amal soleh yang telah dilakukan sewaktu hidupnya di dunia ini.

Jangan sekali-kali kita berfikir bahawa kita akan dapat menjawab setiap soalan yang dikemukakan oleh dua malaikat Mungkar dan Nakir dengan cara kita menghafal. Pada hari ini kalau kita berkata kepada saudara kita yang jahil takutlah kamu kepada Allah s.w.t. dan takutlah kamu kepada soalan yang akan dikemukakan ke atas kamu oleh malaikat Mungkar dan Nakir, maka mereka mungkin akan menjawab, "Ah mudah sahaja, aku boleh menghafal untuk menjawabnya."
Itu adalah kata-kata orang yang tidak berfikiran. Seseorang itu tidak akan dapat menjawab setiap soalan di alam kubur jikalau dia tidak mengamalkannya sebab yang akan menjawab ialah amalnya sendiri. Sekiranya dia rajin membaca al-Quran, maka al-Quran itu akan membelanya dan begitu juga seterusnya.

How children receive Ramadhaan

Laying down the book I looked up at Tessniem. "OK, so what are we going to do this Ramadhaan?" Her cheerful face lit up. "Paint the windows." Looking at my pretty white sheers I forced my head to nod. "OK, what else do we do during Ramadhaan?" Omar jumped off the couch… "Not eat, ah, I mean fast." "That's right, we fast for a whole month," said Tessniem, gently wrapping her arms around her chest and hugging her self. "I love Ramadhaan, it's fun." Omar said, "Yea, it's great, we get to choose whatever we want to break our fast with."

I could tell by his eyes that he was remembering steaming corn dogs out of the oven dipped in ketchup with a glass of chocolate milk. "And what makes that food taste so especially good?" I asked sitting upon the couch. Omar raised his hand high into the air like he was in class. "I know, I know," he screamed." Omar you can put your hand down, we aren't in class now." Omar lowered his arm and smiled "because we are doing it for Allaah and when we eat we remember Allaah."

Tessniem jumped in, "and the poor people who don't have any food like the ones in Somailia and Ba…" Omar turned to her, "you mean Bosnia." Tessniem looked up at Omar "yea Bas, that place Omar said." Omar's head lowered and his mouth's edges dipped down. Taking his hand. "What's wrong Omar?" "I just remembered the stories about the Bosnians eating grass because there was nothing to eat during the war." Breathing deep, "yea, there is a lot to be thankful for." Tessniem walked up to me with her shoulder raised close to her ears. "Remember that picture of the Somali baby on the ground and the vulture waiting for him to die?" I did not even have to think back, the picture is forever seared in my memory.

Placing my arms around Tessniem, I brought her close to me on the couch. Omar scooted over to me and hugged my other arm. Looking at the floor, he leaned his cheek against my arm. "Mama?" he whispered. I made a soft hmm to let him know I was listening. "Can we send them some money so they can buy food?" Sitting up I smiled, "Yes, every year we give them Zakaat."

Rubbing his eyes I could see his wheels spinning in his brain, got up and ran to his bedroom. I thought for a minute he was going off to cry. I could hear the closet door open and the sound of jingling down the hallway. He quickly turned the corner and stopped abruptly in front of me holding out a plastic spice container filled with paper riyals and change. With his face solemn he moved it closer to me so I could take it from him. "Omar, what do you want me to do with it?" With puzzled expression he looked at me like I was seriously confused. "Mom… It's for the poor people, who don't have any food."

Taking the plastic container, I started slowly unscrewing the red lid. "And how much do you want to give to them?" Omar scrunched up his face and held out his right hand upward as if to say 'you still don't get it?' He sighed heavily and took the container and dumped it onto my lap. "All of it Mom!" I thought I should get into the concept of percentages for Zakaat, but it just didn't seem appropriate.

Looking down on my lap, I knew he had been saving his money for a Spiderman at Wonder World. I was getting ready to tell him about the reward from Allaah when Tessniem appeared in the living room with her spice container bank. Smiling she untwisted the red lid and dumped the money on my lap too. Too touched for words, I hugged them. Looking at the money, Tessniem laid her hand on her cheek thinking. Softly she whispered, "maybe it will buy enough food for that little boy so he can get up and the vulture won't eat him."

Of course the most logical thing to tell her is that the picture was taken over two years ago and most probably the child never got up and was never buried. But only Allaah knows what happened, and this little girl needed to know that by the mercy she receives from Allaah there was still hope.

Ramadan in Iraq

Sihaam Azeez longs for her beloved Baghdad in Ramadhaan, where she used to be awakened by the sound of a man walking the streets, shouting "Suhoor, Suhoor!" in effort to wake up his fellow believers to have the pre-dawn meal. Neighborhood children also come knocking on doors with their Faanoos (lantern)—a personal wake-up call in exchange for some sweets.

"Just before Iftaar time, after a long day of fasting, all the kids gather to wait for the traditional cannon to sound. This signals that it is Maghrib time (sunset) and we can break our fast," says Mrs. Azeez.

In the minutes leading up to Athaan, the smell of barbecue wafts through the city, as most people cook their kebabs out on the grill. Those who are breaking their fast eat some dates and yogurt first, then after offering the prayer in the mosque, return for soup, kebabs, etc. Residents send whatever food they have made to their neighbors to share, so no one goes hungry in Ramadhaan. The leftovers are kept for the next suhoor.

Source

Thursday, August 19, 2010

Hebatnya Peribadimu Wahai Kekasih Allah

Kisah Rasulullah S.A.W sebagai pengajaran
1) Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah
menampalnya sendiri tanpa
perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu
kambing untuk keperluan
keluarga mahupun untuk dijual.

2) Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat
tiada makanan yang sudah siap
di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda
menyinsing lengan bajunya
untuk membantu isterinya di dapur. Sayidatina
'Aisyah menceritakan 'Kalau
Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu
urusan rumahtangga.


3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat
berangkat ke masjid, dan
cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang.'


4) Pernah baginda pulang pada waktu pagi.
Tentulah baginda teramat lapar
waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang
ada untuk sarapan. Yang
mentah pun tidak ada kerana Sayidatina 'Aisyah
belum ke pasar.
Maka Nabi bertanya, 'Belum ada sarapan ya
Khumaira?' (Khumaira adalah
panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang
bererti 'Wahai yang
kemerah-merahan' )
Aisyah menjawab dengan agak serba salah, 'Belum
ada apa-apa wahai
Rasulullah.'
Rasulullah lantas berkata, 'Jika begitu aku puasa
saja hari
ini.' tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah baginda.


5) Sebaliknya baginda sangat marah tatkala
melihat seorang suami sedang
memukul isterinya. Rasulullah menegur, 'Mengapa
engkau memukul isterimu?'
Lantas soalan itu dijawab dengan agak gementar,
'Isteriku sangat keras
kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap degil juga, jadi
aku pukul lah dia.'
'Aku tidak bertanyakan alasanmu,' sahut Nabi s. a. w.
'Aku menanyakan mengapa
engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada
anak-anakmu? '


6) Pernah baginda bersabda, 'sebaik-baik lelaki
adalah yang paling baik,kasih
dan lemah lembut terhadap isterinya.' Prihatin,
sabar dan tawadhuknya
baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung
tidak sedikitpun menjejaskan
kedudukannya sebagai pemimpin umat.


7) Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat.
Dilihat oleh para
sahabat,pergerakan baginda antara satu rukun ke
satu rukun yang lain amat
sukar sekali.
Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah
sendi-sendi
pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara
satu sama lain. Sayidina
Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu
langsung bertanya setelah
selesai bersembahyang,


'Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan
menanggung penderitaan yang
amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?'
'Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sihat dan segar.'


'Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali tuan
menggerakkan tubuh, kami
mendengar seolah-olah sendi bergeselan di tubuh
tuan? Kami yakin engkau
sedang sakit...' desak Umar penuh cemas.


Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para
sahabat amat terkejut. Perut
baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai
kain yang berisi batu
kerikil, buat untuk menahan rasa lapar baginda.
Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan
bunyi-bunyi halus setiap kali
bergeraknya tubuh baginda.


'Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar
dan tidak punya makanan
kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?'
Lalu baginda menjawab dengan lembut, 'Tidak para
sahabatku. Aku tahu, apa
pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi
apakah akan aku jawab di
hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin,
menjadi beban kepada
umatnya?' 'Biarlah kelaparan ini
sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak
tidak ada yang kelaparan di
dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di
Akhirat kelak.'


8) Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun
makan di sebelah seorang
tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.


9) Hanya diam dan bersabar bila kain rida'nya
direntap dengan kasar oleh
seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di
lehernya. Dan dengan penuh rasa
kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing
si Badwi di dalam masjid
sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.


10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt
dan rasa kehambaan yang
sudah sebati dalam diri Rasulullah saw menolak
sama sekali rasa ke tuanan.


11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH
langsung tidak dijadikan
sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika
di depan ramai mahupun
dalam keseorangan.


12) Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya
untuk baginda, baginda
masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari,
terus-menerus beribadah
hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran kakinya
sudah bengkak-bengkak.


13) Fizikalnya sudah tidak mampu menanggung
kemahuan jiwanya yang
tinggi.Bila ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, 'Ya
Rasulullah, bukankah
engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih
bersusah payah begini?'
Jawab baginda dengan lunak, 'Ya 'Aisyah, bukankah
aku ini hanyalah seorang
hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya
yang bersyukur.'

Rasulullah s. a. w. bersabda,'SAMPAIKAN LAH PESANKU
WALAUPUN SEPOTONG
AYAT.

Sekadar peringatan buat diri dan para sahabat, marilah kita contohi peribadi mulia yang ditunjukkan junjungan besar Baginda. Mudah-mudahan kita dapat bentuk peribadi yang lebih baik di bulan yang penuh barakah ini...

Wednesday, August 18, 2010

Hijrahkan Dirimu

Semalam bumi Karad disirami hujan rahmat. Seawal Subuh, hujan renyai-renyai turun, membasahkan buminya yang kekeringan.

Bila ke kelas petang pun, suasananya agak nyaman gitu. Tak terlalu panas. Redup-redup saja. Langit kelihatannya mendung. Syukur. Sekurang-kurangnya ibadah puasa dapat dilalui dengan bertenaga. =)

Selesai saja kelas petang, ada lagi satu kelas menanti, kelas orthopaedic. Habis kelas petang tu agak awal, dan masih banyak masa sebelum kelas ortho bermula. Rasa malas pulak nak balik hostel. Memandangkan masjid agak dekat, jadi masa yang berbaki diluangkan saja di masjid. Nak tengok juga macam mana suasana di masjid pada bulan Ramadan.

Di masjid, tak ramai jemaah sangat. Ada seorang dua di dalam masjid. Seorang daripadanya sedang membaca Al-Quran. Mungkin jemaah yang lain sedang bekerja di luar.

Pada musim bulan puasa nie, jemaah tabligh akan menetap di masjid-masjid. Kebanyakan mereka terdiri daripada hafiz Al-Quran, yang mana mereka akan mengimamkan solat terawih.

Selain itu, mereka juga terlibat sewaktu iftar di masjid. Kelihatan beberapa orang sedang memasak di luar masjid. Saya memasang niat, suatu hari nanti ingin saya sertai aktiviti iftar di masjid. InsyaAllah...

Sememangnya, saya lihat bulan Ramadan merupakan salah satu medan untuk kita mengimarahkan masjid. Siangnya, kita bekerja. Malamnya pula, solat terawih berjemaah di masjid yang padanya mendapat pahala berlipat kali ganda di sisi Allah.

Bukan setakat 10 awal Ramadan saja berterawih di masjid, bahkan sampai ke penghujung Ramadan kita amalkan keberadaan diri di masjid. Bi'ah (suasana) di masjid itu begitu kondusif untuk merangsang kita supaya membanyakkan ibadat-ibadat sunat dalam usaha menjadi hamba-Nya yang diredhai.

Sekurang-kurangnya, marilah sama melakukan pembaharuan dalam diri. Kalau Ramadan tahun lalu ada kekurangan di mana-mana, ada peluang yang tak sempat kita ambil, Ramadan kali ini kita tampung balik kekurangan itu.

Kalau baju yang koyak itu nak digunakan balik, kenalah tampung kekurangan yang ada padanya agar boleh dipakai semula.

Macam tu lah dengan amal ibadat. Andai ada cacat celanya, kali ni kita usaha sungguh-sungguh, biar lebih baik dari masa-masa lalu.

Selagi kita masih bernafas, di bulan yang mulia pula tu, jangan disia-siakan peluang yang terhidang. Kita tak boleh jamin, kita mampu hidup sampai akhir Ramadan. Atau kita berkesempatan bertemu dengan Ramadan tahun hadapan. Siapa yang boleh jamin ?

Diri sendiri pun tak boleh menjamin adakah ajal datang menjemput dahulu sebelum Ramadan sempat dihabiskan.

Jadi, marilah kita niatkan, Ramadan kali ini akan kita manfaatkan sebaik-baiknya. Semoga kita terus beristiqamah dalam beribadat, bukan saja dalam bulan Ramadan bahkan berterusan pada bulan-bulan Islam yang seterusnya.

"Ku mengharapkan Ramadan kali ini penuh makna...
Agar dapat kulalui dengan sempurna..."

p/s : Orthopaedic =cabang perubatan yang berkaitan dengan tulang.

Bencana alam, adakah kita ambil pengajaran?

Salam w.b.t. Lama sungguh tak menulis di sini. Dek kekangan masa kononnya, idea yang sentiasa bersarang di minda tak dapat diterjemahkan da...